Peran BMT Tani dalam Meningkatkan Kinerja Pertanian Indonesia

Peran BMT Tani dalam Meningkatkan Kinerja Pertanian Indonesia

CALL FOR PAPER

IQTISHODUNA 2015

―Peran BMT Tani dalam Meningkatkan Kinerja Pertanian Indonesia‖

Diusulkan oleh :

Dewi Lestari 120110130013

Muhammad Zakaria 120110140110

Siti Nurmayiroh Lutfi 120110140038

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan paper ini tepat pada waktu yang ditentukan, adapun maksud dari penulisan paper ini adalah untuk memaparkan gagasan dalam rangka memecahkan permasalahan pertanian di Indonesia yang kaitannya erat dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia, gagasan yang kami ajukan ini merupakan solusi atas pemecahan masalah yang didasarkan pada prespektif Islam.
Paper ini tiada lain berisi pemaparan gagasan mengenai BMT Tani yang kami ajukan sebagai solusi untuk permasalahan permodalan di sektor pertanian.
Dalam penulisan paper ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bu Vita Sarasi, yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan dalam pembuatan paper, serta
2. Teman-Teman Permais FEB Unpad yang tiada henti berjuang dalam dakwah, yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.
Kami menyadari paper ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan. Besar harapan kami semoga paper ini kedepannya bisa bermanfaat dan menjadi solusi bagi permasalahan pertanian di Indonesia. Terakhir, semoga amal dari seluruh pihak yang mendukung kami dicatat sebagai amal baik. Amin.
Bandung, 30 Agustus 2015
Penyusun
iv
Daftar Isi
Lembar Pengesahan Call for Paper Iqtishoduna 2015 …………………… i
Surat Pernyataan Orisinalitas Paper Iqtishoduna 2015 ……………………ii
Kata Pengantar ……………………………………………iii
Daftar Isi …………………………………………... iv
Daftar Gambar …………………………………………….v
Abstrak ………………………………………….. vi
BAB I Pendahuluan …………………………………………… 1
1.1 Kondisi Pertanian Indonesia …………………………………………… 1
1.2 BMT Sebagai Lembaga Keuangan Mikro ……………………………….3
BAB II Tinjauan Pustaka …………………………………………… 5
BAB III Metode Penelitian …………………………………………….8
BAB IV Pembahasan …………………………………………….9
4.1 Alur BMT Tani …………………………………………….9
4.2 Skema Penyimpanan dan Peminjaman serta
Produk Keuangan BMT Tani ……………………………………………10
BAB V Penutup ………………………………………… ..13
5.1 Kesimpulan ……………………………………………13
Daftar Pustaka ……………………………………………14
Riwayat Hidup Ketua ……………………………………………15
Riwayat Hidup Anggota 1 ……………………………………………17
Riwayat Hidup Anggota 2 ……………………………………………18
v
Daftar Gambar
Gambar 1.1 ………………………………………………………………………..9
Gambar 1.2 ………………………………………………………………………11
vi
Abstraksi
Peran BMT Tani dalam Meningkatkan Kinerja Pertanian Indonesia
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadikan pertanian sebagai salah satu sektor pembangun perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari struktur PDB Indonesia tahun 2000-2014 yang didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan. Jika dikelola secara optimal, pertanian akan mampu berkontribusi dalam penguatan ketahanan pangan Indonesia, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja baru, dan mampu menjadi salah satu sektor yang memadai untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Tetapi berdasarkan ST13 (Survei Pertanian 2013) yang dilakukan oleh BPS, sektor pertanian juga merupakan sektor utama penyumbang kemiskinan yang ada di Indonesia. Kemiskinan tersebut terjadi karena adanya ketidakoptimalan pengelolaan pertanian di Indonesia. Salah satu penyebab dari ketidakoptimalan pengelolaan pertanian di Indonesia adalah tidak adanya lembaga keuangan yang benar-benar menyokong sektor pertanian. Pengerahan dana secara intensif untuk sektor pertanian sangatlah dibutuhkan. Sebagian besar petani tidak mampu mendanai secara optimal kebutuhan operasional kegiatan pertaniannya, seperti pengadaan alat-alat pertanian atau sarana produksi tani yang lainnya. Paper ini akan menjelaskan bagaimana peran BMT Tani serta produk keuangan syariah yang tepat untuk meningkatkan kinerja pertanian di Indonesia. BMT Tani akan berperan sebagai penghimpun dana dari petani, pemberi pinjaman kepada petani, pengada alat-alat pertanian serta sarana lainnya yang dibutuhkan oleh petani, penyalur hasil pertanian, dan pemberi pelatihan yang dibutuhkan oleh petani. Metode penelitian yang digunakan dalam paper ini adalah metode kualitatif, di mana dalam pembahasan alur BMT Tani untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian akan dijelaskan menggunakan Data Flow Diagram. Diharapkan dengan adanya BMT Tani, kinerja pertanian di Indonesia mengalami peningkatan. Sehingga pertanian mampu menjadi salah satu sektor yang menjanjikan untuk pembangunan perekonomian Indonesia.
Kata kunci : BMT Tani, Pertanian, Kinerja, Pembangunan Perekonomian
1
Bab I
Pendahuluan
1.1 Kondisi Pertanian Indonesia
Indonesia telah lama—dan sampai saat ini masih—menyebut dirinya sendiri sebagai negara agraris, menjadikan pertanian sebagai tulang punggung dan sektor utama ekonomi negara ini. Struktur PDB Indonesia tahun 2000-2014 yang didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan serta wacana swasembada beras yang dikemukakan oleh Presiden Jokowi kembali menguatkan klaim ini. Di lain pihak, pertanian masih dianggap sebagai sektor yang kurang menguntungkan. Berdasarkan ST13 (Survei Pertanian 2013) yang dilakukan oleh BPS, sektor pertanian merupakan sektor utama penyumbang kemiskinan yang ada di Indonesia.
Jumlah rumah tangga pertanian yang begitu besar tampaknya memerlukan sebuah kebijakan khusus untuk menanganinya guna meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia. Yang diharapkan dari pertanian bukanlah pangan yang melimpah, karena pangan yang melimpah belum tentu mencerminkan kesejahteraan petani. Untuk mengukur kesejahteraan dari petani digunakan perhitungan yang disebut ―nilai tukar petani‖. Nilai tukar petani adalah tingkat kemampuan petani dalam menukarkan hasil pertaniannya menjadi pendapatan.Mari ambil satu contoh, yaitu petani beras.
Petani beras dalam setahun dapat memanen sawahnya tiga kali. Tentu ini suatu pencapaian yang luar biasa, tetapi dari tiga kali panen tersebut dua panennya gagal atau produktivitas yang dihasilkan tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan. Ketika panen mereka berhasil, produksi beras akan melimpah namun darisinilah malapetaka berawal. Masih sangat fresh dalam pikiran kita mengenai hukum penawaran, bahwa ketika penawaran meningkat tetapi permintaan tetap maka harga akan menurun. Ketika panen beras melimpah tetapi permintaan akan beras tidak berubah maka kemiskinan terjadi di petani beras, karena beras yang dihasilkan memiliki nilai yang rendah sehingga petani akan sedikit menjual gabah
2
kepada para tengkulak. Apa selanjutnya yang dilakukan petani? Mereka akan menyimpan sebagian besar padi-padi dalam lumbung untuk dikonsumsi sendiri. Disini letak kemiskinan para petani beras. Mereka miskin bukan karena tidak bisa makan makanan pokok, namun mereka tidak memiliki alat tukar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya, seperti sekolah, kesehatan, dan rumah yang layak. Data terakhir periode Januari-Maret 2013 turun 0,48%. Secara empiris, menurut data BPS 2012 dari 28,59 juta rakyat miskin di Indonesia, 18,08 juta berasal dari pedesaan. Lalu apa indikator penduduk miskin? Penduduk miskin adalah penduduk dengan rata-rata pendapatan kurang dari Rp9000 per hari. Jumlah penduduk miskin desa yang besar menjadi perhatian bagi sektor pertanian, karena sebagian besar profesi penduduk desa di sektor pertanian.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh pertanian di Indonesia tidak hanya seputar bagaimana efisiensi dan efektivitas dapat dicapai dari hasil pertanian yang diperoleh, namun juga perlunya sebuah lembaga yang dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan kemampuan keuangan para petani dan keterampilan petani agar dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi pertanian. Lembaga keuangan yang selama ini digunakan oleh masyarakat hanya digunakan sebagai lembaga intermediasi keuangan yang berfungsi sebagai penyalur dana yang berasal dari masyarakat namun tidak menjadikannya sebagai pusat peningkatan kemampuan para petani agar dana yang telah disalurkan dapat menjadi lebih efektif dan ujungnya adalah tercapainya peningkatan kesejahteraan para petani. Permasalahan mengenai adanya lembaga keuangan yang khusus menangani sektor pertanian adalah permasalahan yang sebaiknya ditemukan solusinya segera, karena melalui optimalnya dukungan lembaga keuangan yang bergerak di sektor pertanian akan mewujudkan efisiensi dan efektivitas pertanian.
Petani di Indonesia umumnya bertani dalam skala kecil. Satu keluarga petani rata-rata hanya mempunyai lahan seluas 0,3 hektar, jauh di bawah Thailand yang rata-rata memiliki lahan 30 hektar per keluarga1. Bahkan menariknya, dari 26,13 juta jumlah keluarga petani di Indonesia, 16 juta (61,5%) tidak memiliki tanah sendiri. Itu artinya ada 61,5% petani yang lebih tepat disebut buruh tani
1Liputan6.com. http://bisnis.liputan6.com/read/2120667/ini-akar-masalah-petani-indonesia-miskin
3
yang bekerja untuk petani lain atau untuk perusahaan-perusahaan pertanian besar.2 Lahan yang sangat sempit tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka. Tanpa adanya dukungan dari lembaga keuangan, para petani akan sulit melakukan ekspansi dalam usahataninya.
1.2 BMT Sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pada dasarnya sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan pembangunan ekonomi pedesaan, utamanya sebagai lembaga untuk memfasilitasi jasa pembiayaan dan pengembangan usahatani. Lembaga perbankan sering tidak bisa diakses oleh petani karena berbagai faktor, diantaranya karena produk bank yang rumit dan pengetahuan petani yang kurang terhadap bank, sehingga bank yang telah banyak berdiri dirasakan kurang sesuai untuk petani.
Salah satu lembaga keuangan mikro yang cukup berkembang pesat adalah BMT. Jumlah BMT yang tersebar di seluruh Indonesia pada September 2014 sebanyak lebih dari 4000 unit BMT, dengan total aset mencapai lebih dari 15 triliun rupiah. BMT ini berada ditengah-tengah masyarakat ekonomi menengah ke bawah sehingga sangat cocok untuk masyarakat yang berprofesi petani. Pembiayaan pertanian lebih mudah dengan BMT dibandingkan dengan perbankan. Selain itu, BMT juga tidak hanya berfungsi sebagai lembaga untuk jasa pembiayaan tetapi dapat juga berfungsi sebagai lembaga untuk jasa pengembangan usahatani, seperti pelatihan cara bertani yang efektif dan efisien, penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pertanian, pelaksanaan pengelolaan pasca panen, penyalur dana dsb.
Peranan BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sebagai lembaga keuangan mikro syariah sudah tidak diragukan oleh beberapa pakar dalam memenuhi kebutuhan akses pembiayaan yang mudah bagi petani. Kemampuannya dalam menjangkau daerah pedesaan, khususnya pertanian, mampu memberikan solusi pembiayaan yang sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa. Dengan semua
2The Indonesian Institute. http://www.theindonesianinstitute.com/masih-relevankah-menyebut-indonesia-sebagai-negara-agraris/
4
keunggulannya ini, sistem BMT dapat menjadi solusi terbaik dalam menjangkau pembiayaan di daerah pedesaan.3 BMT ini dapat didesain sesuai dengan karakteristik sektor dan nasabah pertanian yang unik.
3 Nugraha, Rahmat dkk. 2011. Strategi Optimalisasi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Berbasis Masjid Sebagai Solusi Asimetri Informasi untuk Membangun Sektor Pertanian Dengan Karakter Kewirausahaan.
5
Bab II
Tinjauan Pustaka
Pada perkembangannya, keuangan di dunia tidak hanya didominasi oleh sistem keuangan yang hanya berlandaskan hitung-hitungan bisnis semata. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia tidak lepas dari nilai-nilai yang dianutnya. Masyarakat yang menjadikan agama sebagai kegiatan sehari-hari tentu juga menjadikan agama sebagi nilai yang berlaku dalam kehidupan, sehingga kehidupan berbisnis pun tidak lepas dari agama (Sakti, 2010). Peningkatan akan kebutuhan keuangan bisnis membutuhkan lembaga keuangan yang dapat menampung seluruh kemampuan masyarakat. Pada perkembangannya, tidak semua dunia bisnis dapat dibiayai oleh perbankan dengan alasan risiko yang terlalu tinggi. Tentu hal ini menjadi ironis, karena Indonesia yang merupakan negara agraris menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakatnya. Ada beberapa faktor yang menjadikan perbankan tidak bisa memberikan pinjaman dibandingkan lembaga keuangan mikro. Kurangnya jaminan, biaya screening dan monitoring dan biaya menegakkan kontrak adalah beberapa faktor yang membuat pinjaman kepada orang miskin tidak menguntungkan. Dalam beberapa dekade terakhir ini lembaga keuangan telah mengembangkan alternatif untuk masalah tersebut, yaitu lembaga keuangan mikro. Lembaga keuangan mikro memberikan pinjaman kecil kepada rumah tangga miskin untuk memulai kegiatan usaha produktif atau memperluas perkebunan mereka saat ini. Saat ini jumlah LKM sekitar 10.000, menyediakan pinjaman kepada lebih dari 100 juta pengusaha kecil di seluruh dunia.
LKM yang berkembang untuk keuangan Islam adalah BMT dan ternyata BMT itu memiliki kinerja yang baik. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adnan,Widarjono, Bekti, Anto (2003):―The financing activities done by BMT Dana Shariah generate positive economic effects include income growth and reducing poverty, self employment, asset ownership, food security, and capability to make their children educated. Based on the above explanation, there is no doubt that the BMT Dana Shariah as one Islamic micro finance institution has played an
6
important role in the provision of micro-financing for micro enterprises and, thus, the reduction of poverty in Yogyakarta especially in Pakem market community, although the outcome is not as awesome yet.‖
Usaha pertanian yang penuh risiko membutuhkan pembiayaan yang lebih fleksibel terutama dalam pembagian keuntungan atau kerugian dalam berusaha. Selain sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah juga menawarkan produk dengan sistem jual beli, sewa, maupun gadai. Produk pembiayaan syariah yang dapat diterapkan pada usaha agribisnis antara lain: mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqoh, bai’ murabahah, bai’ istishna, bai’ as-salam, dan gadai(rahn).4
BMT untuk pertanian akan menjadi lebih tepat dengan perspektif LKP Pertanian pada penelitian Rachmat (2007)
1. Pendekatan kelompok.
Makna pendekatan kelompok adalah sebagai penjaminan, kompensasi dari tidak adanya agunan (collateral). Kelompok diselaraskan dengan kelompok tani yang sudah ada beranggotakan antara 20 – 30 orang.
2. Perluasan sasaran pengguna kredit
Sasaran pengguna kredit tidak difokuskan untuk kaum ibu saja, melainkan perlu juga melibatkan kaum bapak. Karena kaum bapak menjadi anggota kelompok tani dan yang mengetahui kebutuhan dana untuk adopsi teknologi usahatani.
3. Seleksi calon pengguna kredit
Indikator seleksi disesuaikan dengan keragaan usahatani, salah satunya yang penting dipertimbangkan adalah adanya diversifikasi usaha (on farm, dengan off farm dan non-farm).
4. Volume Pagu Kredit
Volume pagu kredit minimal mampu memenuhi standar kebutuhan tambahan biaya usahatani dan realisasi pencairannya disesuaikan dengan perilaku pola tanam. Studi kelayakan usahatani menjadi acuan karena setiap orang berbeda kebutuhannya.
4Ashari dan Saptana. 2005. Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian.
7
5. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman terkait dengan keberlanjutan perkreditan. Oleh karena itu patokannya adalah bunga komersial sesuai pasar
6. Waktu pengembalian cicilan
Pembayaran cicilan bisa dikelompokkan dalam bentuk mingguan dan atau setelah panen. Komposisi jumlah cicilan mingguan dan setelah panen (disesuaikan dengan perkiraan sumber pendapatan nasabah). Disarankan komposisi jumlah cicilan mingguan lebih besar daripada cicilan setelah panen, misal 70% berbanding 30%.
7. Pendampingan dan Monitoring
Pendampingan dan monitoring secara berkelanjutan, sehingga jika terjadi masalah selama proses pemanfatan kredit bisa segera dicarikan solusinya.
8. Pelatihan
Pelatihan diperlukan terutama bagi pengurus LKM untuk secara terus menerusmeningkatkan kapabilitas manajemen LKM
8
Bab III
Metodelogi Penelitian
Pada paper ini akan menggunakan metode kualitatif, pada tahap pertama akan digunakan metode Data Flow Diagram dari penelitian yang digunakan oleh Rachmat (2007) mengenai bagaimana konsep dari Lembaga Keuangan Pertanian yang dikembangkan. Tahap ini akan memperlihatkan bagaimana konsep yang sistematis untuk BMT Tani agar menjadi lembaga keuangan yang tepat untuk sektor pertanian, sehingga peran BMT Tani akan semakin jelas untuk sektor pertanian. Program yang akan berjalan dalam BMT Tani untuk pertanian akan semakin jelas arahnya agar sektor pertanian dapat semakin maju. Selain itu, akan dijelaskan pula hasil dari penelitian yang dilakukan Hasanah dan Yusuf (2013) mengenai beberapa variabel yang dibutuhkan untuk kinerja BMT Tani yang semakin baik.
Pada tahap selanjutnya, akan dijelaskan mengenai skema penyimpanan dan peminjaman BMT Tani yang disadur dari penelitian Chandra Natadipurba. Selain itu akan dijelaskan pula beberapa produk BMT Tani yang sesuai dengan karakter sektor dan karakter nasabah di bidang pertanian.
9
Bab IV
Pembahasan
4.1 Alur BMT Tani
Alur dari BMT Tani ini bermula dari adanya masyarakat yang bekerja di bidang pertanian yang akan memberikan dana bergulir kepada BMT Tani. Dana bergulir yang masuk ke dalam BMT Tani akan disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Tani bisa berupa penyediaan sarana dan prasarana pertanian serta pembiayaan dalam bentuk uang langsung. Selain dana yang diberikan secara bergulir dari masyarakat, berdasarkan penelitian dari Hasanah dan Yusuf (2013) dibutuhkan pihak-pihak eksternal untuk mendukung berjalannya BMT Tani agar semakin optimal. Menurut penelitian
Masyarakat
Bekerja di
bidang
pertanian
Dana
Bergulir
Pembiayaan
BMT Tani
Pelatihan dan
Monitoring
SDM
Pengelolaan
Sebelum
,
saat
dan Pasca
Panen
Pasar
Pendapatan
Meningkat
Petani
Jarak ke pasar dekat
Adanya
Transportasi Umum
Adanya Listrik
Hasil
Pertanian
1.1 Alur BMT Tani
10
tersebut, kinerja BMT Tani akan semakin optimal jika lokasinya dekat dengan pusat perdagangan, yaitu pasar. Pasar akan menjadi pusat perekonomian bagi masyarakat, sehingga dana yang disalurkan sifatnya adalah dana produktif, yaitu lebih cepat dalam perputarannya. Selain berdekatan dengan pasar, adanya listrik dan akses transportasi ke BMT akan mempermudah berjalannya aktivitas bisnis, sehingga menjadikan perekonomian lebih lancar. Kelancaran dalam perekonomian mendukung produktivitas dana yang ada. Dana bergulir dari masyarakat tadi akan digulirkan oleh BMT Tani kepada petani untuk membiayai produksi pertanian.
Selain itu, BMT Tani juga akan memberikan pelatihan dan monitoring SDM untuk petani. Pelatihan yang diberikan kepada petani berupa bagaimana mengelola pertanian yang tepat guna sehingga dapat memaksimalkan hasil pertaniannya. Pelatihan dan monitoring SDM akan dilakukan sebelum, saat, dan pasca panen yang berupa aktivitas langsung di lahan pertanian (mengelola cikal bakal hasil pertanian dan hasil pertaniannya). Selain itu, pelatihan dan monitoring SDM yang dilakukan juga berupa manajemen penggunaan dana kredit yang tepat guna. Setelah petani mendapatkan pembiayaan dan pelatihan serta monitoring SDM dari BMT Tani, petani akan menghasilkan hasil pertanian yang akan dijualnya ke pasar. Hasil dari dana penjualan tersebut dapat digulirkan kembali di BMT Tani untuk dapat disalurkan kepada petani-petani lain yang masih membutuhkan dana untuk menjadikan produksi pertaniannya lebih baik. Kebutuhan pembiayaan para petani akan terpenuhi dan pendapatan petani pun akan meningkat. Kemudian alur tersebut akan terjadi secara terus menerus selama BMT Tani tersebut berjalan efektif. Adanya BMT Tani ini akan memberikan manfaat untuk semua pihak, yaitu meningkatkan pendapatan, mengefisienkan dana yang ada, meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, dan meningkatkan kualitas produksi pertanian.
11
4.2 Skema Penyimpanan dan Peminjaman serta Produk Keuangan BMT
Tani
Dalam sistem keuangan Islam, lembaga keuangan merupakan lembaga
komersil yang memberikan jasa penyimpanan uang dan jasa kredit. Sistem
keuangan Islam pada dasarnya menggunakan paradigma yang sama sekali berbeda
dengan sistem lainnya. Sistem keuangan Islam pada sisi penyimpan dana berbasis
jasa dan pada sisi peminjam berbasis pada utang piutang atau kredit. (Chandra
Natadipurba, 2015)
Berikut adalah skema penyimpanan dan peminjaman yang disadur dari
penelitian Chandra Natadipurba yang dapat digunakan oleh BMT Tani:
Penyimpan BMT Tani Peminjam
Membayar Pokok Saja
Membayar Jasa Penyimpanan
Membayar Pokok Saja
Membayar Jasa Kredit
1.2 Skema Penyimpanan dan Peminjaman BMT Tani
Dana bergulir yang digunakan sebagai dana untuk pembiayaan produksi
pertanian dapat diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, serta simpanan
sukarela yang jumlahnya tidak ditentukan. Dalam penyimpanan, BMT Tani akan
menerapkan prinsip wadiah, yaitu simpanan dari nasabah yang dananya dapat
digulirkan dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh nasabah. BMT
Tani hanya akan memberikan dana nasabah sesuai dengan dana yang ia
investasikan di awal, dengan kata lain BMT Tani hanya akan memberikan pokok
saja kepada nasabah (tidak ada tambahan berupa bunga). Sementara, BMT Tani
akan mewajibkan nasabah untuk membayar biaya jasa penyimpanan seperti biaya
administrasi penyimpanan dan biaya pembuatan buku. Pembayaran ini hanya
dilakukan satu kali saja di awal.
12
Dalam peminjaman, BMT Tani dapat menerapkan prinsip mudharabah dan murabahah. Prinsip mudharabah digunakan untuk kredit dalam bentuk uang tunai, dimana BMT Tani akan berperan sebagai penyedia modal dan petani berperan sebagai pengelola modal. Peminjam hanya membayar pokok pinjaman kepada BMT Tani (tanpa adanya tambahan). Selain itu peminjam juga diharuskan membayar jasa kredit kepada BMT Tani seperti biaya untuk gaji pegawai dan biaya administrasi kredit. Pembayaran ini hanya dilakukan satu kali saja dimuka.
Selain memberikan pembiayaan dalam bentuk tunai, BMT Tani juga dapat melakukan pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang. Prinsip yang digunakan dalam hal ini adalah prinsip murabahah, dimana BMT Tani akan membeli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Misalnya, petani membutuhkan pompa air, BMT Tani akan membelikan pompa air tersebut, kemudian petani akan membayar sesuai dengan kemampuan (besarnya berdasarkan kesepakatan).
Pendapatan BMT Tani akan diperoleh dari jasa penyimpanan uang, jasa kredit, dan juga margin yang diperoleh dari pengadaan barang. Sisa dari hasil usaha yang dicadangkan oleh BMT Tani dapat digunakan untuk pelatihan dan monitoring para petani. Melalui skema penyimpanan dan peminjaman yang sederhana dan tanpa bunga, akan memudahkan petani dalam menyimpan dan meminjam uang. Ketika petani kesulitan membayar pinjaman, petani tidak akan diberatkan dengan pembayaran bunga. Sehingga diharapkan BMT Tani ini mampu menjadi solusi untuk kebutuhan modal para petani. Pada akhirnya pertanian Indonesia menjadi berkembang dan tidak dipandang sebelah mata serta mampu mendukung pembangunan perekonomian Indonesia.
13
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Kurangnya dukungan modal pada sektor pertanian adalah penyebab tidak optimalnya kinerja sektor pertanian Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia dapat mengandalkan pertanian sebagai sektor strategis untuk pembangunan perekonomian. Namun sayangnya, hingga dewasa ini masih jarang lembaga keuangan yang benar-benar mendukung sektor pertanian. Risiko kredit macet yang tinggi menjadi alasan utama, enggannya lembaga keuangan untuk memberikan dukungan kredit kepada sektor pertanian. BMT Tani adalah alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kurangnya dukungan modal pada sektor agraris tersebut. Karakteristik BMT Tani yang fleksibel dan sistem simpan pinjam di BMT Tani yang tidak serumit perbankan menunjukkan BMT Tani adalah solusi yang pas untuk permasalahan permodalan pertanian Indonesia. Diharapkan dengan adanya BMT Tani ini kinerja pertanian Indonesia semakin meningkat yang diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan petani. Pada akhirnya, diharapkan pertanian Indonesia mampu berkontribusi lebih banyak untuk pembangunan perekonomian Indonesia.
14
Daftar Pustaka
Ashari dan Saptana. 2005. Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 23 No. 2, Desember 2005 : 132-147. Bogor
Ashari & Supena Friyatno. Perspektif Pendirian Bank Pertanian di Indonesia.
Hasanah, A. & Yusuf, A.A. 2013. Determinants of the Establishment of Islamic Micro Finance Institutions : The Case of Baitul Maal wa Tamwil ( BMT ) in Indonesia, Bandung. Available at: http://econpapers.repec.org/paper/unpwpaper/201308.htm.
Hendayana, Rachmat and Sjahrul Bustaman. 2007. Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan.
Natadipurba, Chandra.2015. Ekonomi 101. Bandung. PT Mobidelta Indonesia.
Nugraha, Rahmat dkk. 2011. Strategi Optimalisasi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Berbasis Masjid Sebagai Solusi Asimetri Informasi untuk Membangun Sektor Pertanian Dengan Karakter Kewirausahaan.
Sakti,Ali. 2010. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. 1st Ed. Mizan Press
Indonesia. Biro Pusat Statistik. (2013) Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013. Jakarta
Liputan6.com. http://bisnis.liputan6.com/read/2120667/ini-akar-masalah-petani-indonesia-miskin
The Indonesian Institute. http://www.theindonesianinstitute.com/masih-relevankah-menyebut-indonesia-sebagai-negara-agraris/
15
Riwayat Hidup (Ketua)
Nama Lengkap : Dewi Lestari
Tempat,tanggal lahir : Kuningan, 01 Juli 1995
Alamat : Jl. Sadang Sari blok VI no 23
No.telepon / HP : 087724250677
Email : sih.dewitari@gmail.com
Sosial media : Dewi Lestari Al-Fatih (FB), dewi_khuwalidah (line)
Jurusan/Fakultas/Angkatan : Akuntansi/FEB/2013
Pengalaman organisasi :
1. Ketua MPK SMA ITUS Jalaksana
2. Staff kajian Permais FEB Unpad
3. Staff riset ISEG FEB Unpad
4. Direktur Syiar dan Kajian Permais FEB Unpad.
Karya tulis yang pernah dibuat :
1. Konsep Sekolah Ta’dib untuk Pendidikan Sekolah Dasar dalam Menjawab Tantangan Revolusi Mental Bangsa Indonesia
2. Indonesian Herbal Village Development Program for Ecotourism Object
3. Tax Incentives for Islamic Deposits Using Dividend Tax Calculation for 2009-2013
16
4. Why the High Rate of Tariff of Public Transportation is Not Profitable? (Case Study of Angkot Bandung)
Prestasi yang pernah diraih
1. Delegasi Jawa Barat Perkemahan Pramuka Santri Nusantara
2. Juara 2 Jumbara PMR Tingkat Kabupaten Kuningan
3. Juara 3 OSN Ekonomi Tingkat Kabupaten Kuningan
4. Lulusan Terbaik Kelas XII IPS
5. Pembicara selaku tim riset mahasiswa dalam Seminar Ekonomi Syariah
6. Selected Paper on 18th International Student’s Conference on Economics
7. Selected Essay on Conference of Indonesian Student Association in Korea
17
Riwayat Hidup (Anggota 1)
Nama Lengkap : Muhammad Zakaria
Tempat,tanggal lahir : Karawang, 06 Juli 1994
Alamat : Jl. Angsana Raya Blok Lg No. 128 Rt/Rw 07/03Desa Sukaresmi Kec. Cikarang Selatan Kab. Bekasi
No.telepon / HP :089522821359
Email : muhzakaria94@gmail.com
Sosial media :fb.me/assundawy (FB), zackanfield (line)
Jurusan/Fakultas/Angkatan : Akuntansi/FEB/2014
Pengalaman organisasi :
1. Staf Business and Marketing ISEG FEB Unpad
2. Staf Kajian Permais FEB Unpad
Karya tulis yang pernah dibuat : -
Prestasi yang pernah diraih : -
18
Riwayat Hidup (Anggota 2)
Nama Lengkap : Siti Nurmayiroh Lutfi
Tempat,tanggal lahir : Cianjur, 19 September 1995
Alamat : Kp. Tanjung Sari Rt/Rw 10/03 Desa Cikancana Kec. Gekbrong Kab. Cianjur
No.telepon / HP : 085659946040
Email : nurmalutfi@gmail.com
Sosial media : Nurma Y. Luthfi (FB), nurma.y.lutfi (line)
Jurusan/Fakultas/Angkatan : Akuntansi/FEB/2014
Pengalaman organisasi :
1. Purna Paskibra Indonesia Kab. Cianjur
2. English Challenge Club
3. Kulawargi Mahasiswa Cianjur (Kwaci) Unpad
4. Staf Media Islam ISEG FEB Unpad
5. Assistant Manager Syiar Permais FEB Unpad
Karya tulis yang pernah dibuat :
1. Membangun Desa Syariah Lewat SRV 2014
19
Prestasi yang pernah diraih :
1. Juara Umum ke-3 SMAN 1 Warungkondang
2. Juara 2 Lomba Cerpen Sunda Tingkat Wilayah 1 Bogor
3. Delegasi Kab. Cianjur Lomba Cerpen Tingkat Provinsi

CALL FOR PAPER IQTISHODUNA 2015 ―Peran BMT Tani dalam Meningkatkan Kinerja Pertanian Indonesia‖ Diusulkan oleh : Dewi Lestari 12011...