Loading...
Life Now and Today

“karena setiap manusia akan mempunyai jalan ceritanya masing-masing, menjadikan cerita orang lain

sebagai inspirasi dalam kehidupan adalah caraku menilai sisi lain dari setiap kejadian yang ada.”

Untaian kalimat tersebut tertulis di salah satu status media sosialku tanggal 12 September 2015. Status

tersebut merupakan ungkapan hati terhadap kegagalan kedua yang dialami dalam menggapai mimpi yang

pernah terhujam dalam hati.

Belum berlalu terlalu lama dari tanggal status tersebut dibuat, pada hari Minggu 27 September 2015 aku

berjumpa dengan sosok yang menginspirasi, sosok yang pernah terjatuh dan meroket kembali.

Muhammad Rihan Handaulah –kita sebut saja Kang Rihan yaa— , ya dialah sosok menginspirasi itu. 

Sosok yang mampu menemukan jalan ceritanya sendiri hingga mampu meraih gemilang di saat ini.

Cerita bermula dari keputusan untuk melanjutkan kuliah. Bagi seorang siswa yang akan melanjutkan

kuliah memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat adalah sesuatu yang cukup penting untuk

dipertimbangkan. Karena jurusan apa yang akan kamu pilih akan menentukan cerita hidupmu selama di

bangku perkuliahan. Namun masih sangat disayangkan, profesi di Indonesia masih mengalami

diskriminasi. Dimana masyarakat mengagung-agungkan profesi-profesi yang mampu menjanjikan gaji

yang besar. Alhasil hal inilah yang mempengaruhi para siswa dalam memilih jurusan. Dimana mereka

memilih jurusan berdasarkan prestise, berdasarkan kemudahan mendapatkan pekerjaan, berdasarkan

kemudahan untuk mendapatkan gaji yang memuaskan. Pada umumnya siswa SMA belum terlalu

mengenal potensi dan minat dirinya. Banyak dari mereka yang terjebak memilih jurusan kuliah atas dasar

rekomendasi orang, baik dari guru, orang tua, kakak tingkat ataupun ikut-ikutan teman. Pada akhirnya tak

sedikit dari mereka yang terjebak di dalam kata “salah memilih jurusan”.

Hal tersebut terjadi juga pada Kang Rihan, memilih jurusan Teknik Elektro ITB atas dasar pertimbangan

karena jurusan tersebut adalah jurusan yang sedang nge-trend, dukungan pun deras menjerumuskannya

untuk memilih jurusan tersebut. 2004, tahun perdana beliau menyandang status sebagai mahasiswa ITB

jurusan Teknik Elektro. Waktu yang berlalu menyadarkan beliau akan passionnya yang bukan di Teknik

Elektro. Gelar mahasiswa penyandang nasakom pun (nasib satu koma) pernah beliau raih, DO dari

Asrama Salman karena IPK yang kurang memadai pernah ia alami. Hingga pada suatu waktu hidayah-

Nya mengetuk pintu hatinya. –bagi seorang Mukmin, konsep yang benar adalah meminta hidayah bukan

mencari hidayah1—

Titik balik tersebut yang menyebabkannya mampu meroket. Baginya “Jangan jadikan passion alasan

untuk kalah, passion itu ibarat batu yang diukir, dan pemenang mencari solusi bukan alasan”.

Dari titik balik tersebut, beliau mencari irisan celah mana yang dapat menyebabkan ia menyukai jurusan

yang sekarang sedang dijalaninya. Dari jurusannya di teknik elektro ketertarikannya tertanam di ekonomi

makro. Tentu jurusan yang sekilas mata memandang tidak ada korelasinya sama sekali. Tapi, pemenang

mencari solusi bukan alasan. Dari ketertarikannya terhadap ekonomi makro, beliau banyak membahas

mengenai engineering dan economics, hingga pada tahun 2012 beliau mendapatkan beasiswa untuk

1 Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah

petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian (HR Muslim no. 2577)

melanjutkan S2 di Belanda dengan mengambil jurusan engineering and policy analysis (spesialisasi

Economics and Finance) di Delft  University of Technology Belanda.  Dari kemauannya untuk merubah

jalan cerita hidupnya, tidak terpuruk karena alasan salah pilih jurusan, mencari celah bagaimana caranya

agar ia bisa menyukai jurusannya tersebut adalah langkah-langkah yang mampu mengantarkannya kepada

titik kesuksesan. Berhasil mengelilingi 24 negara berbekal paper, mendapatkan beasiswa S2 di luar

negeri, dan saat ini beliau menjabat sebagai staff ahli di komisi XI DPR adalah hanya beberapa dari

kesuksesan yang berhasil diraihnya.

Life now and today, hiduplah untuk saat ini dan hari ini. Hari kemarin adalah sejarah, dimana kita tidak

akan mampu mengubah cerita di hari kemarin. Hari esok adalah misteri dimana kita tidak tahu akan apa

yang terjadi di hari yang akan datang. So, life now and today. Lakukan yang terbaik untuk hari ini. Setiap

orang akan memiliki penemuan-penemuannya tersendiri. Setiap orang akan memiliki jalan ceritanya

masing-masing. Ukirlah jalan cerita itu seindah mungkin.

“Jangan jadikan passion alasan untuk kalah, passion itu ibarat batu yang diukir, dan pemenang mencari

solusi bukan alasan”.

Jika ingin berkenalan lebih jauh dengan Kang Rihan, silakan buka blognya rihandaulah.wordpress.com

Mahalnya Tradisi yang Harus Dibayar

Tradisi ini merupakan sebuah tradisi yang sudah tidak aneh lagi, tradisi ini tradisi yang cukup

sering ditemukan di kalangan masyarakat NU. Ketika seseorang meninggal dunia, pada

masyarakat NU akan dikenal adanya sebutan tahlilan. Tahlilan ini akan berlangsung selama 7

hari berturut-turut, kemudian di hari ke-40, di hari ke-100, di satu tahunnya, serta di hari ke-1000

orang yang meninggal dunia tersebut.

Dalam masyarakat Islam, terdapat tradisi berkaitan kematian yang berbeda- beda antara di suatu

tempat dan tempat yang lain. Secara umum semua bentuk tradisi itu merupakan perwujudan

akulturasi antara nilai keyakinan (agama) dan unsur lokal yang telah melembaga sebelumnya.

Adakalanya unsur-unsur lokal disublimasi sehingga nampak warna dan muatan keyakinan

dengan wajah dan bentuk tradisi lokal.

Secara historis, keberadaan tahlilan adalah salah satu wujud keberhasilan islamisasi terhadap

tradisi-tradisi masyarakat Indonesia pra-Islam. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada

kepercayaan/ keyakinan yang di anut oleh sebagian besar penduduk tanah air ini, diantaranya

animisme dan dinamisme (Keyakinan ini, telah ada sebelum datangnya Hindu dan Budha). Salah

satu hal yang mereka yakini dalam kepercayaan yang dianutnya adalah arwah orang yang

meninggal dunia akan bergentanyangan di sekitar rumah selama 7 hari, kemudian meninggalkan

rumah tersebut, setelah 40 hari arwah tersebut akan kembali lagi ke rumah, kemudian akan pergi,

dan akan datang kembali lagi di hari ke-100, dan begitu seterusnya hingga di hari ke-1000.

Akibat percayanya  masyarakat dengan hal tersebut, hal yang mereka lakukan untuk mengusir

arwah tersebut (membuat tenang arwah orang yang meninggal dunia), mereka melakukannya

dengan ritual pembacaan mantra-mantra.

Setelah Islam masuk ke Indonesia, kalimat tersebut di ganti dengan kalimat thoyyibah ( kalimat

yang baik) yang biasa di sebut dengan tahlilan. Pada acara tahlilan akan ada kegiatan  membaca

serangkaian surat-surat Al-Qur’an, ayat-ayat pilihan, dan kalimat-kalimat zikir pilihan (termasuk

di dalamnya membaca la ilaha illallah) dengan meniatkan pahalanya untuk para arwah dan

ditutup dengan do’a. (Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali, Penjelasan Gamblang seputar

Hukum Yaasinan, Tahlilan dan Selamatan)

Tradisi tahlilan banyak mengalami perubahan, baik penambahan maupun pengurangan dari tiap

generasinya, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan

Mahalnya Tradisi yang Harus Dibayar

Pelaksanaan kenduri atau selamatan tahlilan sangat bervariasi. Setiap daerah memiliki perbedaan

intensitas dan ekstensitasnya. Di daerah tertentu, orang-orang yang hadir di acara tahlilan itu

merupakan undangan. Ini artinya, ahli waris yang berduka dapat mengukur kemampuannya

secara finansial untuk menentukan jumlah undangan yang hadir.

Di daerah yang lain, tahlilan merupakan undangan umum. Jadi siapa saja yang merasa

mempunyai hubungan atau relasi dengan keluarga almarhum dan mempunyai kesempatan dapat

hadir. Akibatnya, ahli waris atau sahib al-musibah harus menyediakan jamuan dengan jumlah

standar atau kurang lebih yang berlaku bagi tetangganya yang juga pernah tertimpah musibah

yang sama, tidak mengukur kemampuan finansial ahli waris. (A Mufti Khazin, Persepsi

Masyarakat Tentang Jamuan Tahlilan di Desa Rombiya Barat Ganding Sumenep)

Dalam acara tahlilan, biasanya keluarga yang ditinggalkan akan menyuguhkan jamuan untuk

para tetangga yang datang di tahlilan tersebut. Jamuan yang ada biasanya ada standar tersendiri

mengikuti adat kebiasaan yang ada pada daerah tersebut. Jika jamuan yang disuguhkan tidak

sesuai dengan standar yang berlaku, biasanya keluarga yang bersangkutan akan merasa malu

karena tidak dapat menyajikan jamuan sesua dengan standar yang berlaku.

Standar dalam jamuan inilah yang menyebabkan tradisi tahlilan menjadi tradisi yang mahal.

Untuk mengadakan jamuan yang sesuai dengan standar yang ada bukanlah hal yang murah,

terlebih lagi dengan harga kebutuhan pokok yang dewasa ini kian hari kian melonjak naik.

Di salah satu desa, tradisi dalam tahlilan untuk hari pertama dan hari kedua, keluarga yang

ditinggalkan harus menyuguhkan jamuan berupa dua jenis makanan dan satu buah-buahan.

Makanan yang disajikan dapat berupa gorengan, roti, aneka kue atau yang lainnya. Makanan

tersebut disajikan beserta dengan buah-buahan dan minuman seperti kopi, teh atau kopi susu.

Di hari ketiga, keluarga yang ditinggalkan harus menyediakan makanan berat untuk para

tetangga yang hadir dalam tahlilan, makanan berat yang disajikan berupa nasi dengan lauk

pelengkap lainnya seperti tempe, tahu, ayam, pindang atau yang lainnya.

Di hari keempat, kelima dan hari keenam, jamuan yang disuguhkan akan sama seperti jamuan

yang disuguhkan pada hari kesatu dan kedua.

Hari ketujuh adalah hari puncak dalam jamuan yang diberikan, dimana pada hari ini biasanya

keluarga yang ditinggalkan harus menyediakan jamuan berupa makanan mentah yang terdiri dari

beras, kecap, minyak, mie instant, telor,biskuit, minuman rasa, serta tak lupa biasanya ada juga

makanan seperti gorengan, buah buahan yang tersedia di piring untuk para tetangga yang datang

di hari ketujuh tersebut. Pada hari ketujuh biasanya jamuan yang diberikan sudah rapih tersedia

di dalam plastik, setiap jamuan yang diberikan pada hari ketujuh bernilai kisaran harga Rp

Standar dalam pemberian jamuan ini setiap daerah tentu memiliki standar yang berbeda. Ada

juga daerah yang pada hari ketujuhnya hanya menyediakan makanan yang siap makan, dan pada

hari ke satu sampai ke enam tidak ada jamuan untuk para tetangga yang datang dalam tahlilan.

Tradisi tahlilan yang disertai dengan pemberian jamuan inilah yang harus siap dibayar mahal

oleh keluarga yang ditinggalkan. Jamuan yang diberikan kepada para tetangga yang hadir dalam

tahlilan diniatkan sebagai tanda terimakasih karena mereka telah menyempatkan hadir dalam

tahlilan tersebut, ikut serta dalam mendoakan almarhum. Namun dengan adanya standar dalam

jamua dan cemoohan lingkungan ketika tidak dapat menyuguhkan jamuan sesuai dengan standar,

menyebabkan tradisi tahlilan menjadi tradisi yang harus dibayar mahal oleh setiap keluarga yang

Bukankan tak selamanya orang memiliki kelebihan rezeki? Ketika orang yang meninggal berasal

dari keluarga yang tak berpunya, untuk makanpun susah, haruskah mereka melakukan semua

Mahalnya tradisi yang harus di bayar ini tidak hanya berlaku dari hari kesatu sampai hari ke

tujuh. Tapi berlaku juga untuk hari ke-40, ke-100, ke satu tahun serta hari ke-1000. Ada standar

dalam memperingati hari-hari tersebut. Standar yang ada acapkali harus dibayar mahal oleh

keluarga yang ditinggalkan.

Berlaku Bijaksana dari Tadisi yang Berlaku

Terkadang berlakunya tradisi dalam suatu daerah adalah suatu kewajiban untuk dilaksanakan,

padahal belum tentu tradisi yang ada tersebut memang ada dalil baik dalam Al-Quran maupun

hadist untuk menunaikan hal tersebut.  Terkadang masyarakat merasakan malu yang luar biasa

ketika hal yang dilakukan tidak sesuai dengan tradisi yang ada, sementara untuk hal-hal yang

memang diwajibkan keharusannya baik dalam Al-Quran maupun hadist ketika dalam tradisi

masyarakat tidak lumrah dengan hal tersebut tak ada rasa malu yang menyertainya.

Berlaku bijaksana dari tradisi yang berlaku adalah hal yang seyogyanya dapat dilakukan oleh

masyarakat. Tidak memberikan sanksi sosial kepada mereka yang tidak bisa menunaikan tradisi

adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan kebijaksanaan.

Harga yang mahal yang harus di bayar dalam tradisi tahlilan di suatu daerah, menyuguhkan

jamuan dengan standar yang ada dalam setiap daerah kepada yang datang dalam tahlilan,

bukankah tak semua orang mampu melakukannya?

Ketika tradisi menjadi suatu keharusan, maka disinilah tradisi akan menjadi suatu beban bagi

masyarakat. Selama dalam Al-Quran dan hadist tidak ada dalil untuk keharusan berjalannya hal

tersebut, masyarakat seyogyanya bisa berbuat bijaksana. Bukankah Islam adalah agama yang

tidak membebani ummatnya? Disinilah sesama muslim seyogyanya mampu berbuat bijaksana

1. Muhammad Ali, Abu Ibrahim. 1427 H. Penjelasan Gamblang seputar Hukum Yaasinan,

Tahlilan dan Selamatan. Putaka Al-Ummat.

2. Khazin, A. Mufti. 2013. Persepsi Masyarakat Tentang Jamuan Tahlilan di Desa

Rombiya Barat Ganding Sumenep.

Profil Penulis :

Nama : Dewi Lestari

Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 01 Juli 1995

Alamat : Dusun Kliwon Rt/Rw 12/05 Desa Peusing Kec. Jalaksana Kab. Kuningan

Pekerjaan : Mahasiswa

Jurusan / Fakultas / Universitas : Akuntansi / FEB / Universitas Padjadjaran


Alamat Email  : sih.dewitari@gmail.com

Click here for comments 0 komentar:

Terima kasih atas komentar Anda
Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top