Dengan Seuntai Senyum Ikhlas yang Sederhana
Ada saat ketika kau benar-benar membutuhkan uluran tangan
orang lain. Mungkin bukan sebuah pengorbanan besar yang kau butuhkan, juga
mungkin hanyalah sebuah perlakuan kecil yang sangat tidak seberapa. Saat mereka
melakukannya dengan seuntai senyum ikhlas, muncul keinginan untuk membalas
kebaikannya, keinginan untuk memberikan hal yang berharga padanya, keingnan
untuk mendoakan agar kebaikan selalu senantiasa menyertainya.
mungkin itulah yang dibutuhkan oleh
semua orang didunia ini. Kebutuhan untuk merasakan bagaimana sakitnya berada
dibawah dan sangat membutuhkan uluran tangan orang lain. Kebutuhan untuk
merasakan satu titik paling dalam dimana dia tak dapat melakukan apapun untuk
kebaikan hidupnya kecuali dengan pertolongan orang lain. Kebutuhan untuk
merasakan sakitnya berjalan di hamparan duri, kebutuhan untuk merasakan sulitnya bangkit dari keterjatuhan
yang begitu menyakitkan.
Karena saat mereka merasakan
bagaimana perihnya kehidupan, mereka akan peduli terhadap sesamanya, yang
merasakan hal yang sama. Saat itulah, mereka rela mengulurkan tangannya bersama
seuntai senyum indah yang menyertai keikhlasannya. Karena mereka tahu, betapa
beharganya uluran tangan yang mereka berikan, karena mereka tahu, betapa berartinya
sedikit perlakuan yang mereka berikan, karena mereka tahu bahwa sesuatu yang
diberikanya adalah hal yang begitu berharga.
Itulah yang baru-baru ini saya
pelajari, disini, disalah satu kampus terbaik bangsa. Bagaimana seseorang
dengan sombongnya tidak ingin melirik mereka yang membutuhkan bantuannya,
seakan keberuntungan yang mereka miliki saat ini akan abadi. Bagaimana
seseorang mengulurkan tangan dengan ikhlas seakan mereka merasakan bagaimana
sakitnya berada menjadi orang yang mereka bantu. Disini saya mengerti, bahwa
kebaikan itu akan menimbulkan hasil yang berkepanjangan, menimbulkan sebuah
rantai kebaikan yang mungkin tidak akan putus, menimbulkan rasa peduli,
menggugah hati untuk melakukan hal yang sama.
Ada beberapa contoh yang membuat
saya sampai pada kesimpulan itu. Saat saya berteman dengan seseorang yang
berasal dari sekolah menengah atas dengan dasar bantuan orang lain melalui
beasiswa, bantuan yang membuatnya bisa merasakan indahnya duduk di bangku
sekolah menengah, bantuan yang pada akhirnya mengantarkannya ke tempat untuk
menimba ilmu yang sama dengan saya.
Hingga akhirnya kami sampai pada sebuah obrolan yang membuatku menulis
tulisan ini. Dia, menyatakan keinginannya, bahwa kelak saat besar nanti, dia
akan berbuat hal yang sama pada satu orang anak Indonesia, hal yang pernah dia
terima sebelumnya, memberikan kesempatan pada satu orang anak Indonesia untuk
mengenyam bangku formal hingga dia bisa berdiri tegak untuk berlari mengejar
keinginannya.
Saat saya sedang bersantai di masjid
kampus, saya menikmati suguhan teh hangat gratis yang disediakan oleh masjid
tersebut. Sederhana, hanya secangkir teh hangat yang dapat melepas kerinduan
teh ibu di rumah. Lalu pikiran saya sampai pada asal muasal teh ini disajikan,
orang yang ikhlas menyisihkan hartanya untuk kenikmatan pengunjung masjid ini,
hingga timbul keinginan saya untuk melakukan hal yang sama, hal yang dapat
memberikan orang lain kenyamanan saat berkunjung ke sebuah tempat ibadah ini.
Kebaikan yang sederhana, yang bisa membuat
rantai kebaikan yang mungkin tak akan putus. Ketahuilah saat kita melakukan
kebaikan dengan ikhlas, orang lain akan tergugah untuk melakukan hal yang sama,
itulah yang akan menciptakan rantai kebaikan, dan dari situlah kenyamanan, dan
kehangatan relasi masyarakat ini di bangun. Salam kebaikan, dan ketulusan,
Dengan Seuntai Senyum Ikhlas yang Sederhana Ada saat ketika kau benar-benar membutuhkan uluran tangan orang lain. Mungkin bukan sebuah pe...
Artikel Terkait :
Diberdayakan oleh Blogger.
Click here for comments 0 komentar: