Pelopor dan
perubahan.
(sumber
gambar: gambarterbaru.com)
“ Suatu bangsa akan maju apabila generasi pengganti lebih baik daripada
generasi yang diganti “ (boediono:2015). Sebuah kalimat yang dituliskan
wakil presiden RI pada surat kabar nasional. Dari kolom opini yang beliau isi,
tersirat sebuah tantangan dan harapan bagi bangsa ini untuk bangkit dengan
membentuk generasi pengganti yang mampu membawa perubahan lebih baik
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dalam opininya tersebut beliau membuat
sebuah perumpamaan. Jika hendak membersihkan aliran sungai yang kotor, maka
cara paling efektif adalah membersihkan aliran dari hulunya, dan diteruskan
hingga hilir. Begitu pula dengan perbaikan generasi, dilakukan dari hulu hingga
ke hilir.
Tak dapat dipungkiri,
perkembangan manusia sebagai lakon utama kehidupan bumi ini berjalan tahap demi
tahap. Dari mulai di dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa hingga
lansia. Setiap tahap memiliki peranan dan perkembanganan dengan treathment khusus masing-masing. Sebagai
contoh, agar mendapatkan bayi yang sehat, dibutuhkan perawatan terhadap ibu
yang sedang hamil dengan memberikan makanan yang bernutrisi dan mampu memenuhi
kebutuhannya. Untuk mendapatkan balita yang sehat, dibutuhkan imunisasi yang
tepat dan teratur. Begitu pula halnya dengan remaja. Untuk mendapatkan remaja
yang unggul dibutuhkan treathment
khusus.
Istilah adolescence atau remaja
berasal dari kata latin adolescence
(kata benda adolescenta yang berarti
remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence
artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan
sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa
pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba,
tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006). Remaja
merupakan tahap yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Pada tahap
ini mulai dicari jati diri yang akan menjadi brand bagi dirinya. Lalu ada apa dengan proses perkembangan remaja?
Mengapa banyak sekali organisasi maupun lembaga non profit serta seminar maupun
diskusi yang berfokus pada remaja? Pertanyaan-pertanyaan yang patut untuk
dikemukakan saat ini. Untuk menjawab hal ini, mari meninjau lebih dalam tentang
remaja.
Remaja adalah fase dimana rasa keingintahuan sangat tinggi muncul. Mereka
selalu ingin mencoba hal-hal baru yang ada disekitar mereka. Kemajuan teknologi
seakan-akan menunjang kebutuhan remaja. Dengan hanya bermodalkan gadget mereka sudah bisa berselancar di
dunia maya. Apapun yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan dengan mudah. Dari
sinilah bahaya pornografi mulai mengancam mereka. Hasil survei Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen
remaja pernah menonton atau mengakses pornografi. Ditambah lagi dengan media
televisi yang sering menayangkan sinetron-sinetron yang menunjukkan indahnya
dunia sekolah disertai pacaran. Hal ini seperti “katalis” yang mepercepat rusaknya remaja saat ini. Bahkan sempat
muncul kabar akan diadakannya pesta bikini setelah ujian nasional. Ini salah
satu bukti nyata yang memilukan.
Ini baru salah satu kasus yang sedang remaja hadapi, masih ada puluhan
bahkan mungkin ratusan permasalahan lain yang perlu kita selesaikan satu
persatu secara continue. Misalnya
tentang jumlah perokok aktif di usia remaja yang semakin bertambah banyak
jumlahnya, remaja yang putus sekolah dan justru turun ke jalan sebagai
pengamen, penyalahgunaan narkotika, bahkan hingga mencontek juga merupakan
permasalahan serius yang sedang diatasi.
Peran Pelopor
Kegiatan sekolah yang cukup padat, ditambah lagi dengan bimbel yang
mereka ikuti, ataupun les-les khusus yang mereka jalani, membuat waktu mereka
semakin banyak tersita. Sisi positif dari hal ini adalah minimnya peluang yang
akan mereka salah gunakan. Dilain sisi, fenomena kegiatan remaja yang cukup
padat juga bisa menjadi bumerang yang bisa menyerang mereka. Saat mereka sibuk
dengan rutinitas dan merasa membutuhkan
hiburan untuk menghilangkannya. Ancaman-ancaman dari luar sangat mudah masuk.
Ilustrasi diatas membuka sudut pandang baru, bahwa permasalahan yang ada
bukan hanya karena tersedianya waktu luang yang banyak pada remaja, tetapi juga
ada hal lain yang tidak mereka miliki. Ya, mereka tidak memiliki bekal agama
yang cukup untuk melawan ancaman yang datang menyerang mereka. Keimanan sebagai
benteng tidak ditanamkan dengan baik oleh lingkungan mereka. Disinilah peran kita sebagai salah satu komponen masyarakat yang berada
di tengah-tangah remaja untuk turut serta tidak hanya membawa remaja dengan
kegiatan-kegiatan positif, tetapi juga membekali dengan nilai-nilai ruhaniyah
yang melekat pada mereka, sehingga walaupun mereka tidak sedang berkegiatan bersama Pelopor, mereka masih mampu untuk
memilih kegiatan mana yang terbaik dengan pertimbangan iman dan akal.
Sungguh sebuah peran yang sangat mulia jika Pelopor bisa menjalankan tujuannya
sebagai “reaktor” pembentukan kader. Kader yang siap merubahan remaja
lingkungan sekitarnya, dari remaja yang bersifat jahiliyah menuju remaja yang
siap menjadi bagian dari masyarakat madani. Karena perubahan berawal dari hal yang kecil namun sustainable dan terintegrasi. Memang tidak bisa dipungkiri peran
orang tua, lingkungan sekitar dan sekolah tidak bisa diabaikan. Disitulah
tantangan yang tersaji untuk kader pelopor dalam membuat perubahan, sehingga
dihasilkan generasi yang bisa lebih baik dari generasi yang diganti dan mencapai
tahap “Terbentuknya Kader Daerah yang
Empatik, Progresif dan Atraktif”.
Syarifudin
Pelopor dan perubahan. (sumber gambar: gambarterbaru.com) “ Suat...
Artikel Terkait :
Diberdayakan oleh Blogger.
Click here for comments 0 komentar: