Matahari, Bulan & Penanggalan dalam al-Qur’an
Dalam Islam
sistem penanggalan di dasarkan pada peredaran faktual bulan mengelilingi bumi
pada porosnya, sementara penanggalan Masehi (Miladi) berdasarkan peredaran
faktual bumi mengelilingi matahari. Bila diperhatikan, cukup banyak ayat-ayat
al-Qur’an yang membicarakan peredaran benda-benda angkasa tersebut, antara
lain:
[1.] QS. Al An’am [06] ayat 96:
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan
malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
[QS. Al-An’am [06] : 96]
[2.] QS. Yunus [10] ayat 05:
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”. [QS.
Yunus [10] : 05]
[3.] QS. Al Baqarah [2] ayat 189:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan
sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya,
akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa, dan masuklah ke
rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung”. [QS. Al-Baqarah [02] : 189]
Ketiga ayat
diatas secara zahir menyatakan bahwa perhitungan bilangan tahun dan perhitungan
waktu-waktu lainnya adalah melalui pergerakan matahari dan bulan, dan QS.
Al-Baqarah [02] ayat 189 diatas menegaskan perbedaan kalender Islam dengan
kalender lainnya.
Di dalam al-Qur´an terdapat beberapa ayat yang
menjelaskan tentang peredaran matahari dan bulan yang menandakan adanya
rotasi-revolusi bumi dan matahari, antara lain:
[4.] QS. Ar Ra’du [13] ayat 02:
Artinya: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”. [QS.
Ar-Ra’d [13] : 02
[5.] QS. Ibrahim [14] ayat 33
Artinya: “Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang”. [QS. Ibrahim [14] : 33]
[6.] QS. Ar-Rahman [55] ayat 05:
Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan.” [QS. Ar Rahman [55]: 05]
[7.] QS. At-Takwir [81] ayat 15-16:
Artinya: “Sungguh, Aku bersumpah dengan
bintang-bintang, yang beredar dan terbenam” [QS.At Takwir [81] : 15 – 16]
[8.] QS. Yasin [36] ayat 38:
Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
[QS. Yaasin [36] : 38]
[9.] QS. Al-Anbiya’ [21] ayat 33:
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam
dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya”. [QS. Al Anbiya' [21]: 33]
[10.] QS. Yasin [36] ayat 40:
Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing
beredar pada garis edarnya”. [QS. Yasin [36]: 40]
Dalam suatu
penelitian diketahui bahwa bumi dan matahari memiliki dua gerak yaitu rotasi
& revolusi, sebagaimana percikan makna ayat-ayat diatas. Rotasi matahari
adalah perputaran matahari pada porosnya dari arah barat ke timur (atau dari
arah timur ke barat secara semu). Sementara itu rotasi bumi adalah waktu yang
diperlukan bumi dalam sekali putaran pada sumbunya hingga menyebabkan
terjadinya siang dan malam. Melalui penelitian intensif, ditemukan bahwa matahari
juga mengadakan revolusi, dimana al-Qur’an telah memberi isyarat tentang hal
ini berdasarkan ayat di atas (QS. Yasin [36] ayat 38).
Sementara itu
revolusi bumi adalah proses bergeraknya bumi mengelilingi matahari dalam
orbitnya dari arah timur ke barat, yang pada satu ketika bumi berada di titik
terjauh dari matahari yang disebut denganaphelion, dan pada
ketika yang lain berada di titik yang terdekat dengan matahari yang
disebut perihelion. Fenomena ini antara lain ditegaskan Allah
Swt dalam firman-Nya:
Artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu
sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan.
(Begitulah) perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh segala sesuatu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [QS. An Naml [27]:
88]
Dalam
peredarannya, matahari beredar di ekliptika secara sempurna satu kali peredaran
selama 365,25636042 hari, dan masa yang diperlukan matahari secara sempurna
sekali beredar di ekliptika ini disebut satu tahun Sidereal. Sementara itu
waktu berangkat matahari dari equinox (titik
hamal) ke equinox(titik hamal)
berikutnya disebut satu tahun Tropical.
Dalam
penanggalan Hijriah, perhitungan penanggalan dilakukan berdasarkan peredaran
bulan di ekliptika selama 12 bulan. Satuan waktu bulan kamariah yang digunakan
sebagai perhitungan penanggalan Hijriah adalah waktu bulan Synodic yang berjumlah 29, 530589 hari, yaitu
dengan menetapkan secara bergantian antara 30 hari dan 29 hari. Adapun sisa
pecahan 0,530589 hari dibulatkan menjadi satu hari dan ditambahkan kepada bulan
Zulhijah dengan berjumlah 30 hari. Tahun yang mendapat penambahan satu hari
pada bulan Zulhijah ini dinamakan tahun Kabisat.
Syarifudin
Matahari, Bulan & Penanggalan dalam al-Qur’an Dalam Islam sistem penanggalan di dasarkan pada peredaran faktual bulan mengelilingi ...
Artikel Terkait :
Diberdayakan oleh Blogger.
Click here for comments 0 komentar: