Loading...

Tantangan dan Harapan, bukan Tentang Jumlah

Tantangan dan Harapan, bukan Tentang Jumlah
Manusia mempunyai fasa hidup, mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Semua jenis usia tersebut umumnya bersatu padu menjadi masyarakat. Untuk membentuk masyarakat yang maju, Wakil presiden Indonesia periode 2009-2014 menulis di koran nasional “Suatu bangsa akan maju apabila generasi pengganti lebih baik daripada generasi yang diganti“ (boediono:2015). Sebuah ungkapan yang menggambarkan tantangan dan harapan. Tantangan untuk membentuk generasi yang lebih baik, serta harapan untuk menciptakan bangsa yang maju. Sebelum menyentuh ke skala negara, semua bisa berawal dari lingkungan yang kecil seperti lingkungan kelurahan atau sekitar tempat tinggal.
Sadang sari RW 14 kelurahan sekeloa, sebuah daerah di kecamatan coblong Bandung. Sebuah daerah yang menarik untuk diamati. Di daerah ini jumlah remaja lokal yang minim menyebabkan banyak kegiatan seharusnya dipegang oleh pemuda justru digerakkan oleh orang-orang tua. Mungkin ini merupakan fenomena yang jarang terjadi, apalagi di Indonesia. Seyogyanya Indonesia mengalami bonus demografi yang besar hingga tahun 2045. Berdasarkan proyeksi penduduk penelitian lembaga demografi, penduduk Indonesia tahun 2045 antara 324-358 juta jiwa. Sedangkan menurut Population Reference Bureau (2014) memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia sekitar 365 juta jiwa di tahun 2050, berarti di tahun 2045 mendekati 350 juta jiwa. Rate of Growth 2045 untuk usia 0-14 tahun tumbuh negatif, 15-64 tahun (usia produktif) tumbuh kurang dari 1% dan 65 keatas (lansia) mendekati 4% (Kompas, 28 Agustus 2015). Ini artinya Indonesia akan mengalami population ageing atau jumlah penduduk lansia yang membesar.
Bukan tentang jumlah
Namun sedikitnya jumlah pemuda lokal tidak akan menjadi masalah yang berkepanjangan jika disikapi dengan baik dan bijak. Jumlah yang sedikit bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ada sebuah pepetah yang mengatakan “berikan saya 1000 orang tua maka akan aku cabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 orang pemuda akan kugoncangkan dunia”. Kalimat ini menggambarkan betapa besarnya potensi yang dimiliki pemuda. Untuk mengaktivasi kembali pemuda lokal yang sedikit, maka perlu kader-kader yang mampu membawa pemuda lokal bisa tergerak. Kader-kader tersebut harus dibekali dengan beberapa karakter. Empatik, seorang kader harus mampu berempatik dengan keadaan lingkungannya. Tidak hanya itu, kegitan yang dibawakanpun harus atraktif (mempunyai daya tarik).
Step by step
Dalam merangkul pemuda lokal untuk bisa kembali bergerak, dibutuhkan tahapan-tahapan. Tahap pertama adalah tahap pendekatan. Di tahap ini, para kader harus mampu mengenalkan diri dan mulai masuk ke organisasi kepemudaan. Cara paling efektif untuk tahap pendekatan, dengan mendekati simpul massa yang ada. Tahap kedua adalah eksekusi. Kader yang telah masuk ke sistem bergerak untuk menggerakkan pemuda lokal yang ada disana. Dengan demikian semakin banyak pemuda yag aktif. Selain itu ditahap ini juga mulai dilakukan transfer of knowledge and value tentang pergerakan kepemudaan sehingga pemuda lokal sudah mulai mengerti cara mengembangkan dan melaksanakan agenda-agenda kepemudaan. Tahap terakhir adalah tahap pelepasan. Setelah pemuda lokal telah bisa menggerakkan sendiri kegiatannya, maka para kader ini berpindah tempat untuk membuat perubahan di tempat lain.
Setelah ketiga tahap itu berhasil dilaksanakan, diharapkan pemuda daerah sekeloa kecamatan coblong tersebut bisa aktif kembali malaksanakan kegiatan kepemudaan yang positif dan memberikan manfaat untuk mereka sendiri maupun untuk masyarakat umum.
Lalu siapa yang akan melakukan itu semua? Ya, jawaban paling logis adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab terhadap ilmu yang mereka miliki. Jika membandingkan pergerakan individu dan pergerakan kelompok, tentu pergerakan kelompok akan lebih efektif dan berdampak. Karena itu dibutuhkan wadah yang bisa mengakomodir mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keingingan yang sama tersebut. Dengan keadaan itu Asrama Pelopor Jawa Barat dengan visi “Satu Wadah Akselerator Menuju Terbentuknya Kader Daerah yang Empatik, Progresif dan Atraktif” dan pembinaan yang baik bisa menjadi wadah pergerakan nyata yang relevan.

Syarifudin

Click here for comments 0 komentar:

Terima kasih atas komentar Anda
Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top